sejarah kota bojonegoro
ZAMAN SEBELUM KABUPATEN BERDIRI
Kehidupan pra sejarah Indonesia khususnya Pulau Jawa tidak bisa
dilepaskan dari keberadaan Bengawan Solo, maka Bojonegoro yang dibelah
oleh sungai Bengawan Solo mempunyai dua wilayah Utara dan Selatan serta
dua daerah Jipang Hulu(sekarang Jipangulu yang berada di bawah
pemerintahan desa Ngelo Kec. Margomulyo wilayah bagian barat kabupaten
bojonegoro) dan Jipang Hilir dan dikelilingi gunung Kendeng dan Gunung
Pandan. Setiap makhluk hidup memerlukan air, begitu halnya dengan
manusia pra sejarah, mereka juga memerlukan air untuk hidup, dan air
Bengawan Solo sanggup mencukupi kebutuhan mereka akan air.
Maka oleh
sebab itu dan lain hal Bengawan Solo dan daerah sekitar alirannnya
menjadi tempat kubur sebagian binatang dan manusia zaman pra sejarah.
Fosil makhluk bertulang belakang ditemukan penduduk Karangpoh - Jawik
kecamatan Tambakrejo di hilir sungai Tinggang (1985), seperti halnya
fosil-fosil yang banyak ditemukan di daerah Trinil dan Sangiran Ngawi
yang termasuik daerah aliran Bengawan Solo.
Orang Kalang
Di
daerah perbatasan Blora – Tuban – Bojonegoro, sekarang masuk wilayah
antara Kedewan dan Senori Tuban ditemukan 47 kuburan batu. Mereka
diyakini sebagai sekelompok orang yang disebut Kalang yang hidupnya di
tengah lebatnya hutan dan berlindung di gua-gua. Dan kemungkinan mereka
termasuk dari rumpun Malaya-Polynesian awal yang hidup pada masa
megalitikum suatu zaman yang menghasilkan bangunan-bangunan batu besar
yang berkembang setelah zaman kehidupan bercocok tanam meluas.
Menurut pendapat lain, dilihat dari temuan perkakas dari logam di tempat
tinggalnya seperti pisau dapur, kapak tebang dan lain-lain. Orang
Kalang adalah sekelompok pekerja/kuli; seperti kuli kayu, dan kuli batu.
Masa Sejarah Kuno
Sejarah Indonesia kuno berlangsung selama 12 abad, dimulai dari abad IV
Kerajaan Kutai Kaltim hingga abad XVI runtuhnya kerajaan Majapahit
Jatim. Dari beberapa artefak, benda-benda peninggalan sejarah yang
ditemukan dan dari cerita-cerita rakyat serta digabungkan dengan
nama-nama beberapa daerah seperti Mlawatan, Badander dan Matahun bisa
disimpulkan bahwa sejarah Bojonegoro Kuno bercorak Hindu di bawah
kekuasaan Majapahit.
Setelah Majapahit runtuh, kehidupan politik
sosial ekonomi budaya dan agama lambat laun menyesuaikan dengan penguasa
yang datang setelah itu yakni kerajaan Demak yang bercirikan Islam.
ZAMAN MADYA
Setelah kerajaan super power Majapahit runtuh dan banyak daerah-daerah
yang memerdekaan diri menjadi kerajaan-kerajaan kecil -salah
satunya-kerajaan Islam Demak dengan penguasa pertamanya Raden Patah
Senapati Jimbun Adipati Bintoro. Tibalah masa Bojonegoro masuk wilayah
kerajaan Islam Demak, Raden Patah mengangkat puteranya, Pangeran Sekar
Kusuma yang dikenal dengan Pangeran Seda Lepen menjadi Adipati di
Jipang. Pusat kadipaten Jipang adalah Blora Selatan antara Cepu dan kota
Blora sekarang. Pangeran Sekar Kusuma yang sangat dihormati rakyat
Jipang terbunuh oleh Surayata utusan Sunan Prawata sewaktu pulang dari
salat Jumat, di pinggir sungai Bengawan Solo maka dijuluki SEDA (mati)
LEPEN (sungai).
Setelah sultan Demak I, Raden Patah digantikan
putera tertuanya, Adipati Unus atau terkenal dengan sebutan Pangeran
Sabrang Lor. Pangeran ini mati muda saat melawan Portugis 1521 dan belum
mempunyai anak.
Yang seharusnya menggantikannya adalah Pangeran
Seda Lepen, putra Raden Patah berikutnya, namun ini tidak terjadi, yang
memegang pimpinan Demak adiknya, Raden Tranggono hingga terbunuh di
benteng Panarukan 1546. Setelah itu ia digantikan oleh puteranya,
Pangeran Prawata. Tentang suksesi itu, tidak hanya Pangeran Seda Lepen
yang sakit hati tetapi juga puteranya, Pangeran Aria Penangsang, hak
mereka berdua dilalui.
Untuk mengisi kekosongon pemerintahan Adipati
Pajang Jaka Tingkir juga menantu Raden Tranggono didorong oleh
saudara-saudara iparnya untuk menduduki jabatan Sultan Demak 1549 namun
baru dinobatkan pada 1558. Masa kejayaan Demak mulai pudar dengan
dipindahnya ibukota kerajaan beserta benda-benda pusaka kerajaan Demak
ke daerah Pajang oleh Jaka Tingkir yang setelah menjadi raja berjuluk
Sultan Adiwijaya/Sultan Pajang, maka berdirilah kerajaan Pajang.
Raden Aria Penangsang menggantikan Pangeran Sekar Kusuma menjadi Adipati
Jipang, lalu berusaha membalas kematian ayahnya. Aria Penangsang tidak
tunduk ke Pajang karena tidak mengakui keabsahan Adipati Pajang menjadi
Sultan, memuncaklah pertikaian Jipang-Pajang yang juga melibatkan dua
orang wali, Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga dalam ranah politik praktis,
yang disinyalir sejak lama mereka sering bersaing dalam memengaruhi
kebijakan politik kekuasaan.
Pertikaian Jipang – Pajang akhirnya
dimenangkan oleh Pajang dengan bantuan dari Ki Gede Pemanahan, Ki Juru
Martani dan Ki Panjawi. Jipang jatuh dalam kekuasaan Pajang pada tahun
1558. Aria Mataram, saudara Aria Penangsang dari lain ibu, diangkat
menjadi Adipati Jipang oleh Sultan Pajang tindakan politis ini untuk
meminimalisir dendam Jipang terhadap Pajang.
Aria Mataram sebagai
Adipati Jipang segera bekerja dan meneruskan segala yang telah diperbuat
oleh ayahnya, Pangeran Sekar Kusuma untuk kemakmuran rakyat Jipang yang
sempat mundur karena peperangan. Aria Mataram menugaskan seorang
muballigh yang terkenal dengan sebutan Kiai Menak Anggrung, makamnya di
Kuncen-Padangan untuk mengajarkan agama Islam ke wilayah Jipang sebelah
Timur dan Selatan Bengawan Solo.
BOJONEGORO DI MASA KERAJAAN MATARAM.
Pangeran Benawa putra Sultan Pajang tidak mampu melawan Senapati
Sutawijaya yang telah merebut kekuasaan Pajang 1587. Senopati memboyong
semua benda pusaka kraton Pajang ke Mataram. Senapati secara biologis
anak Ki Gede Pemanahan tetapi diambil anak angkat sejak kecil oleh
Sultan Adiwijaya, jadi dia adalah saudara angkat Pangeran Benawa. Semasa
kecil Sutawijaya bernama Raden Mas Ngabehi Loring Pasar.
Jipang di
bawah Adipati Pangeran Benawa I, tidak banyak kemajuan mungkin hanya
memindah pusat kadipaten ke lebih selatan dan tetap di utara Bengawan
Solo, lalu diteruskan oleh anaknya, yang juga bernama Pangeran Benawa
II.
Kemudian diganti oleh Raden Jambu Adipati VI sebelum Raja II
Mataram, Panembahan Krapyak mangkat 1613 menggantikan Sutawijaya pada
1601. Jadi Raden Jambu memerintah Jipang 1598-1612. Diteruskan oleh
putranya, Adipati Sukawati. Karena jasanya kepada Mataram menaklukkan
Tuban 1619 hingga penguasa Tuban, Pangeran Dalem melarikan diri ke
Bawean, kembali ke desa Rajekwesi. Lima tahun kemudian meninggal dunia
dan dimakamkan di Kadipaten 1624, makamnya disebut Buyut Dalem.
Keturunan Sukawati memerintah Jipang sampai saat berdirinya Kabupaten Jipang pada tahun 1677.
TAHUN BERDIRINYA BOJONEGORO.
Kabupaten terbentuk sebagai akibat kekalahan politik Susuhunan terhadap
Kompeni yang melahirkan dua Keraton; Surakarta dan Ngayogyakarta. Maka
tanggal lahir Kabupaten Bojonegoro menurut data Serat Prajangjiyan Dalem
Parara Ingkang Jumeneng Nata tanggal 20 Oktober 1677 dan Mas Tumapel
sebagai Bupati I. Pada masa ini pusat pemerintahan bergeser ke seberang
Bengawan Solo (Padangan, sekarang) dari arah pendudukan Kumpeni di
pantai. Mas Tumapel merangkap menjadi Wedana Bupati Mancanegara Timur.
Pada tahun 1725 Susuhunan Paku Buwana II naik tahta, tahun itu juga
memerintahkan Raden Tumenggung Haria Matahun I memindahkan pusat
pemerintahan Jipang dari Padangan ke desa Rajekwesi. Mulai saat itu nama
Kabupaten Jipang berubah menjadi Rajekwesi, letaknya 10 km arah selatan
kota Bojonegoro.
Politik divide et impera Belanda berhasil memecah
belah Mataram menjadi dua, Surakarta Hadiningrat dan Jogyakarta
Hadiningrat melalui Perjajanjian Gianti 1755. Akibat perjanjian tersebut
Jipang Bojonegoro ditetapkan menjadi wilayah Kerajaan Jogyakarta.
Pada 20 Juni 1812, Inggris melalui Thomas Stamford Rafles memperkecil
Kerajaan Jogyakarta, bahwa Kabupaten Jipang diserahkan kepada Inggris.
Jipang menjadi daerah jajahan, bupati berubah menjadi ‘pegawai’
gupernemen di bawah Residen Rembang, Jawa Tengah. Rakyat Jipang bersama
RT. Sosrodilogo melakukan pemberontakan-pemberontakan, tetapi pada
tanggal 2 Januari 1828 Kolonel Van Griesheim berhasil merebut kota
Rajekwesi, kota rusak berantakan sementara Sosrodilogo melanjutkan
gerilya di pedalaman.
Tanggal 25 September 1828 nama Rajekwesi
berubah menjadi Bojonegoro, kota baru ini dibangun 10 km utara kota
lama Rajekwesi, di tepi Bengawan Solo, dilalui jalan pos
Rajekwesi-Babad-Lamongan-Surabaya. (Kenapa tidak menetapkan tanggal 25/9/1828 sebagai hari jadi Bojonegoro karena lebih spesifik menyebut kata Bojonegoro).
Demikian ikhtisar yang singkat sejarah masa-masa awal berdirinya
Kabupaten Bojonegoro. Sengaja tidak kami paparkan sejarah Bojonegoro
pada zaman Penjajahan hingga hari ini, karena kami yakin referensi untuk
hal itu lebih banyak dan mudah di dapat. Semoga bisa diambil hikmahnya
dan bermanfaat bagi kita generasi selanjutnya.BERSAMA TEAM INK
Susunan Bupati Bojonegoro (1677 – 1985)
Jipang (Padangan)
1. 1677–1705 : Pangeran Mas Tumapel
2. 1705–1718 : Ki Wirosentiko (RT.Surowidjoyo)
3. 1718–1741 : Ki Songko (RT.Hario Matahun I)
Rajekwesi (Padangan)
4. 1741-1743 : RT. Hario Matahun II (Putra PB I)
5. 1743-1755 : RT. Hario Matahun III
6. 1755-1756 : R. Ronggo Prawirodirdjo I
7. 1756-1760 : R. purwowidjojo
8. 1760-1800 : RM. Guntur Wirotedjo
9. 1800-1811 : R. Ronggo Djenggot
10.1811-1816 : R. Prawirosentiko
11. 1816-1821 : RT. Sumonegoro
12. 1821-1823 : RT. Sosrodiningrat
13. 1823-1825 : RT. Purwonegoro
14. 1825-1827 : R.Adipati Djojonegoro
15. 1827-1828 : RT. Aria Sosrodilogo (Tandingan)
Bojonegoro
16. 1828-1844 : R. Adipati Djojonegoro
17. 1844-1878 : R. Adipati Tirtonoto I
18. 1878-1888 : RMT. Tirtonoto II
19. 1888-1890 : RM. Sosrokusumo
20. 1890-1916 : R. Adipati Aryo Reksokusumo
21. 1916-1936 : R.Aryo Kusumadinegoro
22. 1936-1937 : Raden Drajad
23. 1937-1943 : RT. Achmad Surjodiningrat
24. 1943-1945 : RT. Oetomo
25. 1945-1947 : RT. Sudirman Hadiatmodjo
26. 1947-1949 : Mas Surowijono
27.1949-1950 : RT. Sukardi
28. 1950-1951 : Raden Sundaru
29. 1951-1955 : Mas Kusno Suroarmojo
30. 1955-1959 : R. Baruno Djojoadikusumo
31. 1959-1960 : Raden Soejitno
32. 1960-1968 : R.Haji Tamsi Tedjosasmito
33. 1968-1973 : Letkol. Inv. Sandang
34. 1973-1978 : Kolonel Inv. Alim Sudarsono
35. 1978-1983 : Drs. Soeyono
36. 1983-198 : Drs. Soedjito
Tahun Nama 2008-2013 Drs. H. Suyoto,M.Si. 2003-2008 Kolonel (pur) H M.
Santoso 1998-2003 Drs. H. Atlan 1993-1998 Drs. H. Imam Soepardi
1988-1993 Drs. H. Imam Soepardi
No comments:
Post a Comment